Kamis, 28 Mei 2015

Pelangiku, pelangimu dan pelangi kita

Kamu hidup, aku juga ...
Kamu makan, aku juga ...
Kamu berkarya, aku juga ...
Kamu tersenyum, aku juga ...
Kamu menangis, aku juga...
Dan begitulah aku-aku  yang lainnya.

Bedanya,
Aku hidup di dunia ku sendiri, caraku sendiri, dan tentunya atas skenario Rabb kita.
Aku makan sesuai selera ku, enak nggak enak versi lidahku, yang pasti itu rezki dari Rabb  kita
Aku berkarya sesuai bakatku, peduli apa dengan bakat yang lain. Dipaksakanpun hasilnya bakal nol besar...  betul bukan? Tapi yang pasti bakatmu dan bakatku sumbernya satu, dari Rabb kita.
Aku juga tersenyum. Tebar salam, senyum dan sapa pada siapa saja (namanya juga pelayan bagi siapa saja. Hehe...). Tapi, apakah senyum kita sama? Jelas saja tidak, yang sama hanya pemahaman kita kalau senyum itu ibadah, sumbernya dari siapa? Ya pastinya Rabb kita .
Aku juga menangis, bukan karena cengeng atau tak dewasa, tapi karena airmata yang tlah tercipta tuk membersihkan indera sepenting mata,
Lantas itu semua skenario siapa,  ya Rabb kita.

Lagi lagi Rabb kita,
Ia ciptakan aneka rasa, aneka warna, dan aneka lainnya yang melahirkan anekaragam.
Hingga perbedaan lah yang menyatukan jutaan jenis ciptaanNya.
Lalu, masih ada yang mau terus terusan menghabiskan energi tuk menghujat ini dan itu karena tak sejalan dengan pikiran sendiri?
Ya sudahlah, tutup buku aja kalau maunya begitu...  bentang tikar lalu tidur.
Dan larutlah dalam mimpi semumu...  hingga siang tak lagi menjamah masa mu.

Hidup itu bagai pelangi kawan, indah karena warna warninya...